Nafas Arsitektur Cina di Masjid Agung Sumenep
Arsitektur Cina di Masjid Agung Sumenep - Madura seperti di ketahui terkenal dengan karapan sapinya. Kedamaian juga terasa di Pulau ini tepatnya di Kabupaten Sumenep, tercermin dari asal usul nama Sumenep yang berasal dari kata Sung yang memiliki arti relung/cekungan/lembah,
Informasimu
---
Arsitektur Cina di Masjid Agung Sumenep - Madura seperti di ketahui terkenal dengan karapan sapinya. Kedamaian juga terasa di Pulau ini tepatnya di Kabupaten Sumenep, tercermin dari asal usul nama Sumenep yang berasal dari kata Sung yang memiliki arti relung/cekungan/lembah, dan kata ènèb yang berarti endapan yang tenang. Maka jika diartikan lebih dalam lagi Songènèb / Songennep dalam bahasa Madura mempunyai arti lembah/cekungan yang tenang.
Di Sumenep inilah tersimpan cerita masa lalu mengenai kerajaan Islam. Dahulu kala penyebaran agama Islam di Indonesia sangatlah pesat, termasuk abad ke-13 pengaruh Islam yang cukup kuat di Sumenep. Perjalanan sejarah Sumenep diwarnai berbagai pengaruh dari luar negeri, contohnya adalah pengaruh pada aspek budaya yang konon katanya pada masa itu dibawa oleh bangsa Cina dan Arab. Salah satu peninggalan Panembahan Semolo yang hingga saat ini masih terlihat dan membekas di masyarakat Sumenep adalah bangunan Keraton yang di depannya terdapat Masjid yang dibangun pada masa pemerintahan Pangeran Natakusuma.
Setiap hari Jumat masjid selalu dipenuhi warga untuk sholat Jumat, maka muncullah ide membuat masjid baru. Masjid yang baru dirancang oleh arsitek Law Pia Nggo keturunan Tionghoa asal Semarang, didirikan tahun 1200 M dan selesai pada tahun 1206 M. Kehadiran Masjid ini disambut antusias warga, kemudian masyarakat sering menyebutnya sebagai Masjid Jamik Sumenep. Masjid Jamik termasuk sebagai Masjid tertua di tanah Nusantara. Selain itu, Masjid ini memiliki nilai kekhasan yang tidak dimiliki Masjid lain. Pada umumnya Masjid sangatlah mencerminkan unsure Islam, namun pada Masjid Jamik juga mencerminkan unsur Tionghoa, Jawa, maupun Madura.
Di Sumenep inilah tersimpan cerita masa lalu mengenai kerajaan Islam. Dahulu kala penyebaran agama Islam di Indonesia sangatlah pesat, termasuk abad ke-13 pengaruh Islam yang cukup kuat di Sumenep. Perjalanan sejarah Sumenep diwarnai berbagai pengaruh dari luar negeri, contohnya adalah pengaruh pada aspek budaya yang konon katanya pada masa itu dibawa oleh bangsa Cina dan Arab. Salah satu peninggalan Panembahan Semolo yang hingga saat ini masih terlihat dan membekas di masyarakat Sumenep adalah bangunan Keraton yang di depannya terdapat Masjid yang dibangun pada masa pemerintahan Pangeran Natakusuma.
Setiap hari Jumat masjid selalu dipenuhi warga untuk sholat Jumat, maka muncullah ide membuat masjid baru. Masjid yang baru dirancang oleh arsitek Law Pia Nggo keturunan Tionghoa asal Semarang, didirikan tahun 1200 M dan selesai pada tahun 1206 M. Kehadiran Masjid ini disambut antusias warga, kemudian masyarakat sering menyebutnya sebagai Masjid Jamik Sumenep. Masjid Jamik termasuk sebagai Masjid tertua di tanah Nusantara. Selain itu, Masjid ini memiliki nilai kekhasan yang tidak dimiliki Masjid lain. Pada umumnya Masjid sangatlah mencerminkan unsure Islam, namun pada Masjid Jamik juga mencerminkan unsur Tionghoa, Jawa, maupun Madura.